قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya
ada di antara pepohonan, satu pohon yang tidak gugur daunnya. Pohon ini seperti
seorang muslim, maka sebutkanlah kepadaku apa pohon tersebut?” Lalu orang
menerka-nerka pepohonan wadhi. Abdullah Berkata: “Lalu
terbesit dalam diriku, pohon itu adalah pohon kurma, namun aku malu
mengungkapkannya.” Kemudian
mereka berkata: “Wahai Rasulullah beri
tahukanlah kami pohon apa itu?” Lalu
beliau menjawab: “ia adalah pohon kurma.”
Takhrij
Hadits ini diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam shahihnya kitab
Al Ilmu, bab Qaulul Muhadits Hadatsanaa no. 61 (1/145-Fathul Baariiy) dan
Muslim dalam shahihnya kitab Sifatul Munafiqin bab Mitslul Mukmin Matsalun Nakhlah no. 7029 (17/151- Syarah
Nawawiy)
Syarah Mufradat (Kosakata) Hadits
1. إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا
وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ :
Terdapat persamaan dan penyerupaan seorang muslim dengan pohon yang tidak gugur
daunnya, yaitu pohon kurma.
2. فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي :
Akal pikiran mereka menerawang kepada pepohonan di wadhi. Setiap orang
menafsirkannya dengan salah satu jenis pepohonan tersebut, namun lupa dengan
pohon kurma. (Syarah Shohih Muslim,
17/152 dan lihat juga Fathul Baariiy 1/146)
3. الْبَوَادِي : bentuk jamak
dari Badiyah yang bermakna dataran luas yang ada padanya tumbuhan dan air.
(Lihat Mu’jamul Waasith, 1/45)
4. قَالَ عَبْدُ
اللَّهِ : Abdullah ini adalah Abdullah bin Umar, sahabat
yang meriwayatkan hadits ini dari Rasulullah.
5. فَاسْتَحْيَيْتُ : sebab malu
beliau, karena paling kecil dari para sahabat yang hadir waktu itu, sebagaimana
dijelaskan dalam riwayat Bukhari di kitab Al Ath’imah: “Aku
adalah orang kesepuluh dan aku yang paling kecil.”
6. هِيَ النَّخْلَة:
pohon kurma. Tentulah pohon ini memiliki keistimewaan sehingga dijadikan
sebagai permisalan bagi seorang muslim. Tidak hanya ini saja bahkan Allah
memberikan permisalan kalimat thoyibah dengan pohon ini dalam firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً
كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي
أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim 24-25)
Ibnu Hajar berkata: “Imam
Bukhari telah membawakan hadits ini juga dalam tafsir firman Allah:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً
Sebagai isyarat dari beliau bahwa yang dimaksud dengan pohon
yang baik itu adalah pohon kurma. Memang telah ada riwayat yang tegas dari
hadits yang dikeluarkan oleh Al Bazaar dari jalan periwayatan Musa bin ‘Uqbah
dari Naafi’ dari Ibnu Umar, beliau menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca
ayat ini dan bersabda: “Apakah kalian tahu pohon apakah itu?” Ibnu Umar
menyatakan: “Jelas itu adalah pohon kurma, namun usiaku yang kecil menahanku
untuk berbicara.” Lalu Rasulullah berkata: “ia adalah pohon Kurma.” (Fathul
Baariiy, 1/146)
Dengan demikian, Pohon yang baik di sini
ditafsirkan dengan pohon kurma dan ini adalah pendapat banyak ulama salaf, di
antaranya: Ibnu Abbas, Mujahid, Masruq, Ikrimah, Ad Dhohaak, Qatadah dan Ibnu
Zaid. (Lihat makalah Syaikh Abdirrozzaaq Al ‘Abaad dalam Majalah
Al Jaami’ah Al Islamiyah edisi
107 tahun 29, 1418-1419 hal 205). Pendapat ini dikuatkan oleh
hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibbaan dari jalan periwayatan Abdul Aziz bin
Muslim dari Abdullah bin Dinaar dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda:
مَنْ يُخْبِرُنِيْ عَنْ شَجَرَةٍ مِثْلُهَا مِثْلُ الْمُؤْمِنِ
أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِيْ السَّمَاءِ
“Siapakah yang dapat menyebutkan kepadaku
satu pohon yang menyerupai seorang mukmin, pokok batangnya kokoh dan cabangnya menjulang
ke langit?”. (Dibawakan
Ibnu Hajar dalam Fathul Baariy 1/147)
Semua ini menunjukkan pohon
kurma memiliki keutamaan, ketinggian dan keistimewaan. Semua ini telah
ditunjukkan dalam ayat di atas. Namun cukuplah dengan dijadikan sebagai
permisalan seorang muslim menunjukkan ketinggian dan keistimewaannya.
Syarah Hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini memberikan permisalan
dan menyerupakan seorang muslim dengan pohon kurma. Tentunya hal ini
menunjukkan adanya sisi kesamaan antara keduanya. Memang mengenal dan
mengetahui sisi kesamaan ini perlu mendapat perhatian yang cukup, apalagi Allah
telah menjelaskan hal ini agar manusia selalu ingat kepada-Nya, sebagaimana
firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً
كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي
أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat.” (QS.
Ibrahim: 24-25)
Di antara sisi kesamaan muslim dengan pohon kurma adalah (sisi
kesamaan ini diambil dan disadur dari makalah yang berjudul Taammulaat
Fi Mumatsalatul Mukmin Bin Nahlah, tulisan Syeikh DR. Abdurrozaq
bin Abdil Muhsin Al ‘Abbaad dalam majalah Al Jaami’ah Al Islamiyah edisi 107
tahun 29, 1418-1419 hal 209-221. dengan penambahan dan pengurangan):
1. Pohon kurma mesti memiliki
akar, pangkal batang, cabang, daun dan buah, demikian juga pohon keimanan,
memiliki pokok, cabang dan buah. Pokok imam adalah rukun iman yang enam dan
cabangnya adalah amalan saleh dan aneka ragam ketaatan dan ibadah. Sedangkan
buahnya adalah semua kebaikan dan kebahagiaan yang didapatkan seorang mukmin di
dunia dan akhirat.
Imam Ahmad berkata: “perumpamaan iman seperti pohon, karena
pokoknya adalah syahadatain, batang dan daunnya demikian juga. Sedangkan
buahnya adalah sikap wara’ (hati-hati). Tidak ada kebaikan pada pohon yang
tidak berbuah dan tidak ada kebaikan pada orang yang tidak punya sifat wara.’”
(As-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad, 1/316)
Imam Al Baghawiy menyatakan: “Hikmah dari
penyerupaan iman dengan pohon adalah pepohonan tidak dikatakan sebagai pohon
(yang baik) kecuali memiliki tiga hal. Memiliki akar yang kuat, batang
yang kokoh dan cabang yang tinggi. Demikian juga iman, tidak sempurna iman
kecuali dengan tiga hal, yaitu pembenaran hati, ucapan lisan dan amalan anggota
tubuh.” (Tafsir Al Baghowi,
3/33)
Demikian juga Ibnul Qayyim mengomentari hal
ini dalam pernyataan beliau: “Ikhlas dan Tauhid adalah satu pohon di hati,
cabangnya adalah amalan dan buahnya adalah kehidupan yang baik di dunia dan
nikmat yang abadi di akhirat. Sebagaimana buah-buahan surga tidak
terputus dan tidak tercegah mengambilnya, maka buah tauhid dan ikhlas di dunia
pun demikian. Adapun kesyirikan, dusta dan riya adalah satu pohon di hati,
buahnya di dunia perasaan takut, sedih, duka, kesempitan dan kegelapan hati dan
buahnya di akhirat buah zaqqum dan adzab yang abadi. Kedua pohon ini telah
dijelaskan Allah dalam surat Ibrahim.” (Al
Fawaa’id hal.
214-215)
2. Pohon kurma tidak akan
bertahan hidup kecuali dengan disiram dan dipelihara. Disiram dengan air, jika
tidak maka akan kering dan jika ditebang maka mati. Demikian juga seorang
mukmin tidak dapat hidup yang hakiki dan istiqomah kecuali dengan siraman
wahyu. Oleh karena itulah Allah menamakan wahyu dengan ruh dalam firman-Nya:
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا مَاكُنتَ
تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلاَ اْلإِيمَانُ وَلَكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي
بِهِ مَن نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ
مُّسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh/ wahyu (al-Qur’an)
dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab
(al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan
al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di
antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.” (QS.
Asy-Syuuro: 52)
dan firman-Nya:
يُنَزِّلُ الْمَلاَئِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاتَّقُونِ
“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan
perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu:
‘Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan
Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.” (QS. Al-Anfaal: 2)
Karena kehidupan hakiki bagi hati tidak ada tanpa wahyu.
Sehingga tanpa wahyu manusia dikatakan mayit walaupun bergerak di antara
manusia. Allah ta’ala berfirman:
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا
يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ
مِّنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَاكاَنُوا يَعْمَلُونَ
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan
Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat
berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari
padanya.” (QS.
Al-An-’aam:122)
Di sini jelas sekali sisi
persamaannya. Pohon kurma hanya hidup dengan disiram air dan hati seorang
mukmin hanya hidup dengan siraman wahyu.
3. Pohon kurma sangat kokoh,
sebagaimana firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً
كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي
أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat.” (QS.
Ibrahim 24-25)
Demikian juga iman jika telah mengakar di
dalam hati, maka menjadi sangat kokoh dan tidak goyah sedikitpun, seperti
kokohnya gunung yang besar menjulang. Imam Al Auzaa’iy ditanya
tentang iman, apakah bertambah? Beliau menjawab: “Ya, sampai membesar seperti
gunung.” Ditanya lagi, apakah berkurang? Beliau menjawab: “Ya, sampai tidak
sisa sedikit pun.” (Diriwayatkan oleh Al-Laalikaa’iy dalam Syarah
Ushul I’tiqad 5/959)
Demikian juga imam Ahmad bin Hambal ditanya
tentang hal yang serupa dan menjawab: “Bertambah sampai mencapai lebih tinggi
dari langit yang tujuh dan berkurang sampai menjadi paling rendah dari bumi
yang ketujuh”. (dibawakan oleh Abu Ya’la dalam Thobaqatul
Hanabilah, 1/259)
4. Pohon kurma tidak dapat tumbuh di
sembarang tanah, bahkan hanya tumbuh di tanah tertentu yang subur saja. Pohon
kurma di sebagian tempat tidak tumbuh sama sekali, di sebagian lainnya tumbuh
namun tak berbuah dan di sebagian lain tumbuh berbuah tapi sedikit buahnya. Sehingga
tidak semua tanah cocok untuk pohon kurma. Demikian juga iman, ia tidak kokoh
pada semua hati. Dia hanya akan kokoh pada hati orang yang Allah berikan
hidayah dan lapang dada menerimanya. Sehingga pantaslah bila Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ
كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ
قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ
مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ
فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا
هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ
فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ
يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ
“Permisalan petunjuk dan ilmu yang aku dapatkan dari Allah adalah
seperti permisalan air hujan yang deras menimpa bumi. Ada di antara tanah bumi
itu Naqiyah, menerima air lalu menumbuhkan rumput dan tumbuhan yang banyak. Ada
juga ajaadib, menampung air lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia.
Mereka minum, mengambil dan bercocok tanam. Air hujan ini juga menimpa sejenis
tanah lain yaitu Qii’aan yang tidak menerima air dan tidak menumbuhkan
rerumputan. Demikian itulah permisalan orang yang berilmu (faqih) dalam agama
dan mengambil manfaat darinya. Ia mengetahui dan mengajarkannya dan permisalan
orang yang tidak menganggapnya sama sekali dan tidak menerima petunjuk Allah
yang aku bawa.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
5. Pohon kurma tidak dapat bercampur dengan tumbuhan pengganggu
dan tumbuhan asing yang bukan jenisnya. Mereka ini dapat mengganggu dan
melemahkan pertumbuhannya serta mengganggunya dalam menyerap air. Oleh karena
itu diperlukan perawatan khusus dan selektif dari pemiliknya. Demikian juga
seorang mukmin, mesti mendapatkan hal-hal yang dapat melemahkan iman dan
keyakinannya. Juga mendapatkan perkara yang dapat mendesak iman dari hatinya.
Oleh karena itu diperlukan introspeksi (muhasabah) dalam setiap waktu dan
bersungguh-sungguh menjaganya. Juga berusaha selalu menghilangkan segala
sesuatu yang mengotorinya, seperti was-was, mengikuti hawa nafsunya dan
lain-lainnya. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ
اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ankabut: 69)
6.Pohon kurma memberikan hasilnya setiap waktu, sebagaimana firman
Allah :
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا
“Pohon itu memberikan buahnya pada setiap waktu dengan seizin
Rabbnya.” (QS.
Ibrahim: 24-25)
Buah pohon ini dimakan waktu
siang dan malam, baik di musim dingin atau di musim panas. Dinamakan dalam
bentuk kurma (tamr) atau busr atau Ruthab (Busr adalah kurma yang belum matang
menjadi ruthab sedangkan Ruthob adalah kurma matang yang masih belum meleleh
atau mengeras). Demikian juga seorang mukmin amalan mereka naik pada pagi dan
sore hari. Rabi’ bin Anas menyatakan: “Makna firman Nya: كُلَّ حِين adalah
setiap pagi dan sore hari, karena buah kurma selalu dapat dimakan di waktu
malam dan siang, baik musim dingin atau panas, baik berupa kurma, busr atau
ruthab, demikian juga amalan seorang mukmin naik pada pagi dan sore harinya.”
(Disampaikan oleh Al Baghowiy dalam tafsirnya 3/33)
Ibnu Jarir Ath Thobary menyatakan dalam tafsir ayat ini:
“Pendapat yang rojih menurutku adalah pendapat yang menyatakan, makna كُلَّ حِين dalam
ayat ini adalah pagi dan sore, setiap saat, karena Allah menjadikan hasil pohon
ini setiap saat dari buahnya untuk perumpamaan amalan dan perkataan seorang
mukmin. Padahal sudah pasti amalan dan perkataan basik seorang mukmin diangkat
kepada Allah setiap hari, bukan setiap setahun atau setengah tahun atau dua
bulan sekali. Jika demikian, maka jelaslah kebenaran pendapat ini. Jika ada
yang bertanya: “Pohon kurma mana yang menghasilkan buah setiap saat buah yang
dimakan pada musim panas dan dingin? Jawabnya: adapun di musim dingin, maka Thol’ (mayang kurma) adalah buahnya dan di
musim panas, maka balkh, busr, Ruthob dan kurma adalah buahnya. Jadi semuanya
adalah buahnya.” (Tafsir
Thobary, 8/210)
7. Pohon kurma memiliki barakah
dalam semua bagiannya. Semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Demikian juga
seorang mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ بَيْنَا
نَحْنُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُلُوسٌ إِذَا أُتِيَ
بِجُمَّارِ نَخْلَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ
مِنْ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ الْمُسْلِمِ فَظَنَنْتُ أَنَّهُ
يَعْنِي النَّخْلَةَ فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِيَ النَّخْلَةُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ ثُمَّ الْتَفَتُّ فَإِذَا أَنَا عَاشِرُ عَشَرَةٍ أَنَا أَحْدَثُهُمْ
فَسَكَتُّ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ النَّخْلَةُ
“Dari Abdullah bin umar beliau berkata: “Ketika kamu duduk-duduk
di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba diberikan jamaar (jantung kurma). Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu
berkata: ‘Sesungguhnya terdapat satu
pohon, barakahnya seperti barakah seorang muslim’. Lalu aku menerka itu adalah
pohon kurma lalu ingin aku sampaikan dia adalah pohon kurma, wahai Rasulullah.
Kemudian aku menengok dan mendapatkan aku orang kesepuluh dan paling kecil,
lalu aku diam. Rasulullah berkata: ‘Ia adalah pohon kurma.’” (diriwayatkan oleh Bukhari dalam
shohihnya, 3/444)
Ibnu Hajar berkata: “Barokah pohon kurma ada pada semua
bagiannya, senantiasa ada dalam setiap keadaannya. Dari mulai tumbuh sampai
kering, dimakan semua jenis buahnya, kemudian setelah itu seluruh bagian pohon
ini dapat diambil manfaatnya sampai-sampai bijinya digunakan sebagai makanan
ternak. Demikian juga serabutnya dapat dijadikan sebagai tali serta yang
lainnyapun demikian. Hal ini sudah jelas. Demikian juga barokah seorang muslim
meliputi seluruh keadaannya. Juga manfaatnya terus menerus ada untuknya dan
untuk orang lain sampai setelah matinyapun.” (Fathul Bari 1/145-146)
8. Pohon kurma disifatkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا. Sisi persamaannya dengan muslim
dijelaskan dalam riwayat Al Haarits bin Abi Usamah dari hadits Ibnu Umar dari
periwayatan yang lainnya dengan lafazh:
كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ إِنَّ مَثَلَ الْمؤْمِنِ كَمَثَلِ الشَجَرَةِ لَا تَسْقُطُ
لَهَا أَنْمُلُةٌ أَتَدْرُوْنَ مَا هِيَ قَالُوا لاَ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ لَا
تَسْقُطُ لَهَا أَنْمُلُةٌ وَ لَا تَسْقُطُ لَمُؤْمِنٍ دَعْوَةٌ
Kami berada bersama Rasulullah pada satu hari, lalu beliau bersabda:
“Sesungguhnya permisalan seorang mukmin seperti permisalan pohon yang tidak
gugur daunnya. Tahukah kalian pohon apa itu?” Mereka berkata: “Tidak” Lalu
beliau menjawab: “Ia adalah pohon kurma tidak gugur daunnya dan seorang mukmin
tidak gugur do’anya.” (LihatFathul Bari, 1/145)
Jadi jelaslah sisi persamaan
antara keduanya. Telah dimaklumi doa telah disyariatkan dan dijanjikan akan
dikabulkan sebagaimana firman Allah:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku,niscaya akan
Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. 40:60)
Akan tetapi do’a akan dikabulkan dengan kesempurnaan syarat dan
tidak adanya penghalang. Terkadang tidak dikabulkan karena tidak sebagian
syaratnya atau keberadaan sebagian penghalangnya. Adabnya yang paling penting
adalah kehadiran hati, pengharapan terkabulnya do’a dan tekad/azam dalam
masalah tersebut. (lihat tentang hal ini dalam Jami’
Al Ulum wal Hikaam hal.
368)
Ibnul Qayyim memberikan makna lain terhadap
hadits ini dengan menyatakan hal ini menunjukkan kekonsistenan pohon kurma
menjadikannya sebagai pakaian dan perhiasan, sehingga tidak gugur pada musim
dingin dan panas. Demikian juga seorang mukmin senantiasa konsisten memakai
pakaian ketaqwaan dan perhiasannya sehingga menghadap rabbnya. (Miftah Daris Sa’adah,
1/116)
9. Pohon kurma disifatkan dalam ayat dengan thoyiibah (baik). Ini
meliputi baik dalam pemandangan, gambar dan bentuk. Juga meliputi baik dalam
rasa, buah dan manfaat. Demikian juga seorang mukmin memiliki sifat baik dalam
segala urusan dan keadaannya, baik dzahir ataupun bathin. Oleh kerena itu
ketika kaum mukminin masuk syurga langsung disambut para malaikat penjaganya
dengan menyatakan:
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا
حَتَّى إِذَا جَآءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا
سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya dibawa ke surga
berombong-rombongan (pula).Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang
pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya:
“Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga
ini, sedang kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zumar :73)
Dan firman-Nya:
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ
سَلاَمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para
malaikat dengan mengatakan (kepada mereka):”Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke
dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Anfaal [16]: 32) serta firman Allah:
إِنَّ اللهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا
مِنْ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ وَهُدُوا
إِلَى الطَّيِّبِ مِنَ الْقَوْلِ وَهُدُوا إِلَى صِرَاطِ الْحَمِيدِ
Sesungguhnya Allah mamasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan
amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan
mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. Dan mereka diberi petunjuk kepada
ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki(pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji. (QS. Al-Hajj: {22]: 23-24)
10. Pohon kurma disifatkan dengan sabda Rasulullah:
إِنَّ مَثَلَ الْمؤْمِنِ كَمَثَلِ النَّخْلَةُ ماَ أَخَذَتَ مِنْ
شَيْئٍ نَفَعَكَ
“Sesungguhnya permisalan mukmin seperti pohon kurma. Tidaklah kamu
mengambil sesuatu darinya, niscaya bermanfaat bagimu.” (Diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jamul
Kabir, 12/ no.13514 dan Al Hafidz Ibnu Hajar menyatakan: “Sanadnya
shohih”). Pohon kurma seluruhnya bermanfaat, demikian juga seorang mukmin
ketika bergaul dengan teman dan sekitarnya. Ia tidak menampakkan kecuali akhlak
yang mulia, adab budi pekerti yang luhur, muamalah baik, memberikan kebaikan
dan tidak mengganggu mereka. Selalu memberikan manfaat kepada mereka dalam
seluruh pergaulannya.
11. Pohon kurma memiliki
perbedaan mencolok, satu dengan lainnya. Perbedaan dalam bentuk, jenis dan
buahnya. Pohon kurma tidak hanya satu tingkat dalam kebagusan dan kualitas,
sebagaimana firman Allah:
وَفِي اْلأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِّنْ
أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَآءٍ
وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي اْلأُكُلِ إِنَّ فِي ذَلِكَ
لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan
kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang, disirami
dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian
yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rad [13]: 4)
Demikianlah pohon kurma berbeda
dalam rasa, bentuk dan jenisnya, sebagiannya lebih baik dari sebagian yang
lainnya.
Demikian juga keadaan antar
kaum mukminin. Kaum mukminin bertingkat-tingkat keimanannya dan tidak satu
tingkat dalam iman. Allah berfirman:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ
عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ
سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللهِ ذَلِكَ هُوَالْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya
diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang
demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS. Faathir [35]: 32)
12. Pohon kurma termasuk pohon yang paling sabar menghadapi angin
dan terpaannya serta lainnya dari badai angin. Terkadang menerpanya dan
terkadang menggulungnya. Kebanyakan tumbuhan tidak mampu sabar bertahan dari
kekeringan air seperti kesabaran pohon kurma. Demikian juga seorang mukmin
selalu sabar dalam menghadapi bala, mala petaka dan musibah. Berkumpul pada
seorang mukmin kesabaran dengan ketiga jenisnya, yaitu sabar dalam ketaatan
Allah, sabar dari kemaksiatan dan sabar menghadapi takdir yang menyedihkan.
Allah berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ
مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ أُوْلآئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتُُ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
وَأُوْلآئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadam, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan:”Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155-157)
Dan firman-Nya:
قُلْ يَاعِبَادِ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَاحَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللهِ وَاسِعَةٌ
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada
Rabbmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan
bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah
yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: [39]:10)
13. Pohon kurma semakin tua semakin bertambah baik dan tinggi
kualitasnya. Demikian juga seorang mukmin jika panjang usianya maka bertambah
kebaikan dan amal sholehnya. Imam At Tirmidziy meriwayatkan dari sahabat
Abdullah bin Busr, beliau berkata:
أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ
النَّاسِ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
Seorang a’robiy bertanya kepada Rasulullah: “Wahai
Rasulullah siapakah orang yang terbaik?” Rasulullah menjawab:“Orang yang panjang umur dan
baik amalannya.” (Sunan Tirmidzi 4/565 dan dishohihkan Al Albaniy dalam Shohih
Sunan At Tirmidzi, 2/271)
14. Pohon kurma tidak pernah berhenti memberi manfaat walaupun
gagal berbuah. Manusia dapat mengambil pelepah, daun dan serabutnya untuk
kemanfaatan yang banyak. Demikian juga seorang mukmin tidak pernah lepas dari
kebaikan. Selalu mengeluarkan kebaikan dan terjaga dari berbuat kejelekan,
sebagaimana sabda Rasulullah:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ قَالَ فَسَكَتُوا
فَقَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ
وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ
“Maukah kalian aku beritahu orang terbaik dari terjelek dari
kalian?” Lalu
beliau mengulanginya tiga kali. Lalu seorang bertanya: “Wahai Rasulullah
beritahulah kami tentang orang terbaik dari terjelek dari kami” Rasulullah
menjawab: “Orang terbaik dari kalian
adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejelekannya dan orang
terjelek adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan manusia tidak aman
dari kejelekannya.”(Diriwayatkan Imam At Tirmidziy dalam sunannya
no. 2263 dan Ahmad no. 8456 dan dishohihkan Al Albani dalamShohih Al Jaami’,
no. 332)
Imam Ikrimah menafsirkan firman Allah: كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ dengan menyatakan: “Dialah pohon kurma yang senantiasa
memberi manfaat.” (disampaikan At Thobariy, 8/205)
Demikian juga seorang mukmin senantiasa memberi manfaat
sesuai dengan bagian dan kekuatan imannya.
15. Pohon kurma mudah memetik buahnya,
karena pohon kurma terkadang pendek sehingga mudah memetiknya dan terkadang
tinggi besar. Walaupun besar masih mudah memanjatnya dibanding memanjat pohon
lain yang setingginya, karena terdapat tangga dan tempat memijak sampai ke
atas. Demikian juga seorang mukmin mudah mengambil kebaikan darinya.
16. Buah kurma termasuk buah yang paling bermanfaat, karena
ruthabnya dimakan sebagai buah-buahan dan manis. Juga kurma yang telah kering
menjadi makanan pokok, lauk dan buah serta dapat dihasilkan darinya cuka dan
pemanis. Kurma juga dibuat sebagai obat dan minuman. Kemanfaatannya sudah cukup
jelas bagi yang menggunakannya. Demikian juga mukmin memiliki keumuman manfaat
dan keanekaragaman kebaikan dan kebagusannya.
Ditambah lagi buah kurma
memiliki rasa manis dan iman pun memiliki rasa manis yang tidak dapat
merasakannya kecuali orang yang memiliki iman yang benar. Oleh karena itu
Rasulullah bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ
يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ
الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي
الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga perkara, jika seorang memilikinya niscaya merasakan manisnya
iman, menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari yang lainnya dan
mencintai seseorang hanya karena Allah serta benci kembali kepada kekufuran
sebagaimana benci dilemparkan kedalam api.” (Mutafaqun ‘alaihi)
Imam Abu Muhammad bin Abi
Jamroh menyatakan: “Diibaratkan dengan rasa manis dalam hadits ini, karena
Allah menyerupakan iman dengan pohon dalam firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً
كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ
Kalimat di dalam ayat ini adalah kalimat ikhlas dan pohonnya
adalah pokok iman, cabangnya adalah mengikuti perintah dan menjauhi larangan.
Sedang daunnya adalah kebaikan yang diperhatikan seorang mukmin, buahnya adalah
ketaatan.” (Lihat Fathul Bari, 1/60)
17. Kesamaan sifat pohon kurma dengan sifat mukmin
sehingga Ibnul Qayyim menyatakan: “Sebagian orang ada yang telah menyamakan
manfaat-manfaat ini (manfaat pohon kurma) dengan sifat muslim. Mereka
menjadikan setiap manfaat darinya dihadapkan dengan satu sifat muslim. Ketika
sampai pada duri pohon kurma, maka dihadapkan kepada sifat keras dan tegas
terhadap musuh Allah dan orang fajir. Sehingga kekerasan dan ketegasan terhadap
mereka (para musuh tersebut) seperti kedudukan duri pohon kurma dan sikap
mereka terhadap mukmin yang takwa seperti kedudukan ruthab yang manis dan
lembut. Allah berfirman:
أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ
“Keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka.” (QS. 48:29) (Miftah
dari Sa’adah, 1/120-121)
Oleh karena itu para ulama yang
terkenal keras dan tegas dalam membantah orang-orang batil dinamakan duri di
leher mereka.
Demikianlah di antara kesamaan yang ada. Para pensyarah hadits
ini memberikan beberapa kesamaan yang lainnya, namun semuanya lemah dan
sebagiannya batil. Imam Ibnu Hajar telah meringkasnya di kitab Fathul
Bari dengan
menyatakan: “Adapun orang yang menganggap letak persamaan antara muslim dengan
pohon kurma dari sisi: jika dipotong kepalanya ia akan mati, atau karena pohon
kurma tidak berbuah tanpa perkawinan, atau ia mati dengan ditenggelamkan, atau
bau putiksarinya seperti mani manusia atau ia minum dari bagian atasnya.
Semuanya ini lemah, karena sisi kesamaan tersebut juga untuk seluruh manusia
tidak khusus kepada muslim. Yang lebih lemah lagi adalah pernyataan bahwa pohon
kurma diciptakan dari tanah sisa penciptaan adam, karena hadits yang
menunjukkannya tidak shahih, Wallahu A’laam.” (Lihat
1/147)
Dengan demikian telah kita ketahui iman adalah pohon mubarakah
yang memiliki manfaat dan faedah besar serta buah hasil. Iman memiliki tempat
khusus penanaman dan siraman khusus, juga memiliki pokok, cabang dan buah.
Tempatnya adalah hati seorang mukmin, siramannya adalah wahyu dan pokoknya
adalah rukun iman yang enam. Sedangkan cabangnya adalah amalan sholeh dan
ketaatan yang beraneka ragam yang dilakukan seorang mukmin dan buahnya adalah
semua kebaikan dan kebahagiaan yang dirasakan seorang mukmin di dunia dan
akherat. Inilah di antara buah dan hasil iman.
0 komentar:
Posting Komentar